Rupa Tanaman Adam Hawa
Tanaman: Perennial atau tahunan. Batang kasar dan tidak bercabang, mengandung banyak air, tidak berbulu atau berambut, dan berwarna cokelat. Tinggi sekitar 50 cm. Jarak antarruas batang sangat pendek.
Daun: Tunggal memeluk batang.
Panjang daun hingga 30 cm dengan lebar 3-6 cm. Bentuk lonjong panjang berujung runcing. Pinggiran daun rata. Permukaan atas berwarna hijau sedangkan permukaan bawah berwarna merah keunguan.
Bunga: Majemuk. Daun pelindung bunganya menyerupai kapal, ada pula yang menyebutnya menyerupai kerang, sepanjang 3-4 cm berwarna ungu. Bunga kecil berwarna putih.
Tangkai bunga pendek muncul di ketiak daun. Petal atau daun bunga 3, sepal atau daun kelopak 3, dan benang sari 6. Kepala putik berwarna kuning.
Buah: Kapsul dengan 2-3 ruang.
Biji: Biji berkerut. Satu buah mengandung 2-3 biji.
Kandungan Kimia
Bunga tanaman adam hawa dikenal mengandung p-coumaroyl-delphinidin 3,5-diglucoside. Tanaman secara umum mengandung flavonoid, antosianin, saponin, karotenoid, lilin, terpenoid, coumarinic, dan steroid.
Pemanfaatan Adam Hawa
Di Indonesia tanaman adam hawa dikenal untuk mengobati penyakit batuk, baik batuk rejan, berdahak, maupun batuk kering. Di Myanmar, daunnya digunakan sebagai obat disentri dan diare. Orang Meksiko memanfaatkan daun yang dipanggang dengan cara aplikasi topikal untuk mengatasi infeksi cendawan. Adapun infusi atau seduhan daunnya yang dikonsumsi oral digunakan untuk penyakit campak. Dalam ilmu pengobatan Cina, bunganya dipercaya memberikan efek membersihkan paru-paru dengan membersihkan dahak mendinginkan darah, serta mengatasi pendarahan dan disentri.
Getah tanaman adam hawa dianggap beracun. Bila tertelan dapat menimbulkan iritasi pada bibir, mulut, tenggorokan, dan sakit pada bagian perut. Kontak langsung dengan getah dapat menyebabkan rasa panas dan gatal pada kulit dan mata. Kulit yang terkena menjadi memerah. Namun, tanaman yang banyak ditemukan di sekitar situs bangsa Maya di Amerika Tengah itu konon dijadikan kosmetik pemerah pipi bagi wanita bangsa Maya.
Aktivitas Farmokologi
Antioksidan: Pada penelitian ini, ekstrak cair daun bangka-bangkaan segar dipasteurisasi dan dikemas sedangkan daun keringnya dimasukkan ke dalam kantong teh kemudian dua jenis ekstrak tersebut disimpan. Kedua jenis ekstrak itu diberi perlakuan penyimpanan dengan waktu penyimpanan berbeda (0, 3, 6, 9, 12 bulan) dan menggunakan waktu infusa atau seduhan berbeda (2, 5, 8, 10, dan 12 menit).
Ekstrak segar dan kering memiliki kandungan antioksidan tinggi dengan jumlah pada ekstrak kering lebih tinggi. Ekstrak yang dipasteurisasi memiliki kandungan antioksidan awal lebih tinggi dibandingkan ekstrak segar, dan hal itu meningkat seiring waktu. Ekstrak kering menunjukkan kandungan antioksidan konstan dengan waktu penyimpanan.
Antitumor: Penelitian menunjukkan efek protektif ekstrak kasar cair adam hawa (aqueous crude extract/ACE) melawan kankerlever tikus menggunakan model resisten-hepatosit. Protokol karsinogenesis dimulai dengan inisiasi N-diethylnitrosamine-senyawa kimia yang bersifat karsinogenik, diikuti dengan 2-acetylaminofluorene-pemicu hepatokarsinogenesis-dan hepatektomi parsial-pembedahan yang hanya mengangkat bagian hati yang terdapat tumornya saja.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pemberian ACE mengurangi jumlah dan area lesi preneoplastik dengan dosis di bawah 20 mg/kg bobot badan. Pemberian ACE juga tidak memicu atau mengakibatkan pembentukan AHF (altered hepatocytes foci). Hasil penelitian itu dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian R. discolor lebih lanjut sebagai komponen untuk mengembangkan strategi kemopreventif pilihan pada perawatan kanker.
Antimutagenik: Ekstrak kasar etanol daun adam hawa terbukti tidak bersifat mutagenik ketika dites menggunakan Salmonella typhimurium strain TA97.TA98, dan TA100 serta tidak terdapat sintesis DNA yang tidak terjadwal (Unscheduled DNA Synthesis/UDS) pada kultur hepatosit. Lebih jauh lagi, aktivitas antimutagenik dan antigenotoksik ekstrak dan perilaku pemburu spesi oksigen reaktif (reactive oxygen spes/es/ROS) diteliti. Genotoksik adalah zat yang dapat merusak atau mengubah DNA.
Hasil uji tes Ames menunjukkan ekstrak bersifat antimutagenik pada S. typhimurium strain TA102 dan melindungi kultur sel liver melawan UDS yang diinduksi diethylnitrosamine bahkan pada dosis terendah yang dilakukan saat tes yaitu 1,9 ng per piring. Pada tes pemburu radikal-menggunakan pembanding antioksidan komersial kuersetin, asam askorbat, dan tokoferol-ekstrak etanol adam hawa menunjukkan efek lebih rendah dibandingkan kuersetin, serupa dengan aifa tokoferol, dan lebih tinggi dibandingkan asam askorbat. Ekstrak juga terbukti tidak bersifat mutagenik pada S. typhimurium dan tidak juga bersifat genotoksik pada kultur sel liver bahkan pada konsentrasi tinggi hingga 4 kali dan 166 kali dari dosis yang dibutuhkan untuk aktivitas antimutagenik maksimal ataupun kemopreventif.
Wa tinggal klik
👉 https://bit.ly/3EAuPoX